BUDI DAYA TAMANAN SINGKONG
Oleh : Arifson Yondang
A. Latar Belakang
Singkong atau cassava
(Manihot esculenta) pertama kali dikenal di Amerika Selatan yang dikembangkan
di Brasil dan Paraguay pada masa prasejarah. Potensi singkong menjadikannya
sebagai bahan makanan pokok penduduk asli Amerika Selatan bagian utara, selatan
Mesoamerika, dan Karibia sebelum Columbus datang ke Benua Amerika. Ketika
bangsa Spanyol menaklukan daerah-daerah itu, budidaya tanaman singkong pun
dilanjutkan oleh colonial Portugis dan Spanyol. Di Indonesia, singkong dari
Brasil diperkenalkan oleh orang Portugis pada abad ke-16. Selanjutnya singkong
ditanam secara komersial di wilayah Indonesia sekitar tahun 1810.
Singkong sudah
begitu banyak menyelamatkan para pendahulu kita yang
waktu itu begitu kesusahan akan makanan meskipun saat ini mungkin masih ada
juga. Pada
beberapa tempat tanaman
ini dapat diolah dan akhirnya menjadi
makanan pokok dalam kesehariannya. Sebut saja makanan yang
bernama tiwul.
Singkong alias ketela pohon mungkin sampai saat ini
masih identik dengan image kemiskinan. Karena umumnya singkong menjadi tanaman
andalan di daerah yang tandus dan kurang air dan menjadi makanan pokok didaerah
tandus tersebut. Namun kini singkong telah menjadi tanaman yang
cukup menguntungkan dengan adanya pemuliaan tanaman singkong oleh para ahli
pertanian di Indonesia.
B. SYARAT PERTUMBUHAN
1. Iklim
1. Untuk dapat
berproduksi optimal, ubikayu memerlukan curah hujan 150- 200 mm pada umur 1-3
bulan, 250-300 mm pada umur 4-7 bulan, dan 100- 150 mm pada fase menjelang dan
saat panen (Wargiono, dkk., 2006).
2. Suhu udara minimal bagi tumbuhnya
ketela pohon/singkong sekitar 10 derajat C. Bila suhunya dibawah 10 derajat C
menyebabkan pertumbuhan tanaman sedikit terhambat, menjadi kerdil karena
pertumbuhan bunga yang kurang sempurna.
3. Kelembaban udara
optimal untuk
tanaman ketela pohon/singkong antara 60 รข€“ 65%.
4. Sinar matahari yang
dibutuhkan bagi tanaman ketela pohon / singkong sekitar 10 jam / hari terutama
untuk kesuburan daun dan perkembangan umbinya.
2. Media Tanam
a. Tanah yang paling
sesuai untuk ketela pohon / singkong adalah tanah yang berstruktur remah,
gembur, tidak terlalu liat dan tidak terlalu poros serta kaya bahan organik.
Tanah dengan struktur remah mempunyai tata udara yang baik, unsur hara lebih
mudah tersedia dan mudah diolah.
b. Jenis tanah yang sesuai
untuk tanaman ketela pohon / singkong adalah jenis aluvial latosol, podsolik
merah kuning, mediteran, grumosol dan andosol.
c. Derajat keasaman (pH)
tanah yang sesuai untuk budidaya ketela pohon berkisar antara 4,5 – 8,0 dengan
pH ideal 5,8. pada umumnya tanah di Indonesia ber pH rendah (asam), yaitu
berkisar 4,0- 5,5, sehingga seringkali dikatakan cukup netral bagi suburnya
tanaman ketela pohon.
C. PEDOMAN BUDIDAYA
1. Bibit
1. Gunakan varietas unggul
yang mempunyai potensi hasil tinggi, disukaikonsumen, dan sesuai untuk daerah penanaman.
Sebaiknya varietas unggul yang dibudidayakan memiliki sifat toleran kekeringan,
toleran lahan pH rendah dan/atau tinggi, toleran keracunan Al, dan efektif
memanfaatkan hara P yang terikat oleh Al dan Ca.
2. Ketela pohon berasal
dari tanaman induk yang cukup tua (10-12 bulan).
3. Ketela pohon harus
dengan pertumbuhannya yang normal dan sehat serta seragam.
4. Batang telah berkayu
dan berdiameter ± 2,5 cm lurus.
5. Belum tumbuh
tunas-tunas baru.
2. Merawat
Tunas
Setelah beberapa waktu,
akan mulai tumbuh tunas dari bibit yang Anda tanam. Anda harus menyingkirkan
semua rumput yang tumbuh selama tunas muncul agar tanaman Anda tidak kekurangan
unsur hara yang merupakan makanannya karena diambil oleh rumput yang tumbuh di
sekitarnya.
D. PENGOLAHAN MEDIA TANAM
Untuk menanam ubi kayu ini tidak begitu sulit. Untuk daerah yang
mempunyai curah hujan cukup tinggi ataupun terlalu banyak air, penanaman
dilakukan dalam sebuah guludan atau bedeng. Selain itu, dengan menggunakan guludan
memudahkan kita dalam pemanenan.
Untuk daerah yang mempunyai curah hujan sedikit atau kering,
penanaman tidak perlu dilakukan dengan membuat guludan.
Penanaman dapat dilakukan pada tanah yang rata. Tanah di
cangkul dan di remahkan kemudian diratakan dan pengguludan dapat dilakukan
setelah tanaman berumur 2-3 bulan setelah tanam. Pada saat perataan dapat
pula disebarkan pupuk kandang atau kompos untuk penambahan unsure hara.
1. Persiapan
Kegiatan yang perlu dilakukan sebelum pengolahan lahan
adalah:
1. Pengukuran PH tanah
dilakukan dengan menggunakan kertas lakmus, pH meter dan atau cairan pH tester.
2. Penganalisaan jenis
tanah pada contoh atau sempel tanah yang akan ditanami untuk mengetahui
ketersediaan unsur hara, kandungan bahan organik.
3. Penetapan jadwal /
waktu tanam berkaitan erat dengan saat panen. Hal ini perlu diperhitungkan
dengan asumsi waktu tanam bersamaan dengan tanaman lainnya (tumpang sari),
sehingga sekaligus dapat memproduksi beberapa variasi tanaman sejenis.
4. Luas areal penanaman
disesuaikan dengan modal dan kebutuhan setiap petani ketela pohon. Pengaturan
volume produksi penting juga diperhitungkan karena berkaitan erat dengan
perkiraan harga saat panen dan pasar.
2. Pembukaan Dan
Pembersihan Lahan
a. Pembukaan lahan pada
intinya adalah merupakan pembersihan lahan dari segala gulma (Tumbuhan
pengganggu) dan akar tanaman sebelumnya.
b. Tujuan pembersihan
lahan untuk memudahkan perakaran tanaman berkembang dan menghilangkan tumbuhan
inang bagi hama dan penyakit yang memungkinkan ada.
3. Pembentukan Bedengan
(Guludan).
a. Bedengan dibuat pada
saat lahan sudah 70% dari tahan penyelesaian. Bedengan atau pelarikan dilakukan
untuk memudahkan penanaman sesuai dengan ukuran yang dikehendaki.
b. Pembentukan bedengan
untuk memudahkan pemeliharaan tanaman, seperti pembersihan tanaman liar maupun
sehatnya pertumbuhan tanaman itu sendiri.
4. Pengapuran (bila
diperlukan)
a. Untuk menaikkan pH
tanah, terutama pada lahan yang bersifat sangat asam/tanah gambut, perlu dilakukan
pengapuran.
b. Jenis kapur yang digunakan
adalah Kalsit/Kaptan (CaCO3).
c. Dosis yang biasa
digunakan adalah 1 รข€“ 2,5 ton / hektar. Pengapuran diberikan pada waktu
pembajakan atau pada saat pembentukan Bedengan kasar bersamaan dengan pemberian
pupuk kandang.
5. Persiapan Bibit
a. Ubi kayu paling mudah untuk diperbanyak. Cara yang lazim
digunakan adalah perbanyakan dengan cara setek batang dari batang panenan
sebelumnya. Setek yang baik diambil dari batang bagian
tengah tanaman agar matanya tidak terlalu tua maupun tidak terlalu tua.
b. Batang yang baik
berdiameter 2-3 cm. Pemotongan batang stek dapat dilakukan dengan menggunakan pisau
atau sabit yang tajam dan steril.
c. Jangan memakai
gergaji untuk memotongnya karena
gesekan gergaji akan menimbulkan panas yang akan merusak bagian pangkal dari batang. Potongan
batang untuk setek yang baik adala
3-4 ruas mata atau 15-20 cm.
d. Bagian bawah dari batang stek
dipotong miring dengan maksud untuk menambah dan
memperluas daerah perakaran.
E. TEKNIK PENANAMAN
Waktu penanaman
singkong yang baik dilakukan pada awal musim kering atau kemarau singkong dapat
di penen awal musim hujan. Teknik cara menanamnya juga harus di perhatikan,
yaitu bahwa saat akan menanamkan batang singkong terlebih dahulu lihat mata
tunasnya. Arah mata tunas harus selalu mengarah keatas. Jangan sampai terbalik.
1.
Penentuan Pola Tanam harus memperhatikan musim dan
curah hujan. Pada lahan tegalan/kering, waktu tanam yang paling baik adalah
awal musim hujan atau setelah penanaman padi. Jarak tanam yang digunakan pada
pola monokulturan adalah 80 x 120 cm.
2.
Cara Penanaman Sebelum bibit ditanam disarankan agar
bibit direndam terlebih dahulu dengan pupuk hayati SOT HCS yang telah dicampur
dengan air selama 3-4 jam. Setelah itu baru dilakukan penanaman di lahan, hal
ini sangat bagus untuk pertumbuhan dari bibit.
3.
Cara penanaman dilakukan dengan meruncingkan ujung
bawah stek Ketela Pohon, kemudian tanamlah sedalam 5 – 10 cm atau kurang lebih
1/3 bagian stek tertimbun tanah. Bila tanahnya keras/berat dan berair/lembab,
stek ditanam saja.
F. PEMELIHARAAN TANAMAN
1.
Penyulaman
Untuk bibit yang mati/abnormal segera
lakukan penyulaman yakni dengan cara mencabut dan diganti atau disulam.
Penyulaman dilakukan pada pagi atau sore hari, saat cuaca tidak terlalu panas.
2.
Penyiangan
Penyiangan bertujuan
untuk membuang semua jenis rumput/tanaman liar/tanaman pengganggu yang hidup
disekitar tanaman. Dalam satu musim, minimal dilakuakan penyiangan 2 kali.
Periode kritis atau
periode tanaman harus bebas dari tanaman pengganggu adalah antara 5 – 10 minggu
HST (Hari Setelah Tanam). Bila tanaman peengganggu tidak terkendali selama
periode kritis tersebut, produktivitas dapat turun sampai 75% jika dibandingkan
dengan kondisi tanpa gangguan tanaman liar/pengganggu.
3.
Pembubunan
Cara pembubunan
dilakukan dengan menggemburkan tanah disekitar tanaman dan setelahnya dibuat
seperti gundukan.
Waktu pembubunan
bersamaan dengan penyiangan, hal ini dapat menghemat biaya. Apabila tanah
disekitar pohon terkikis karena hujan atau karena yang lain, maka perlu
dilakukan penimbunan ulang.
4.
Perempelan/Pemangkasan
Perempelan/Pemangkasan
tunas perlu dilakukan kerana minimal setiap pohon harus mempunyai 2 atau 3
cabang, hal ini agar batang pohon tersebut bisa digunakan sebagai bibit lagi
dimusim tanam mendatang.
G. PEMUPUKAN
Tanaman
singkong sebenarnya tidak harus di pupuk. Besar kecilnya buah tergantung pada
kegemburan tanah. Meski begitu jika anda ingin mendapatkan hasil panen yang
berbobot, sebaiknya lakukan pemupukan. Ada dua cara pemupukan yaitu :
1.
Pemupukan secara konvensional
Pemupukan Secara
Konvensional / Kebiasaan Petani Pemupukan dilakukan dengan system pemupukan
berimbang antara N, P, K dengan dosis Urea : 135 kg, TSP/SP36 : 75 kg dan KCL :
135 kg. pupuk tersebut diberikan pada saat tanam dengan dosis N:P:K = 1/3 : 1:
1/3 atau Urea : 50 kg, TSP/SP36 : 75 kg dan KCL : 50 kg (sebagai pupuk dasar)
dan pada saat tanaman berumur 2-3 bulan yaitu sisanya dengan dosis N:P:K =
2/3:0:2/3 atau Urea : 85 kg dan KCL : 85 kg.
2.
Pemupukan dengan Sistem Teknologi MiG-6 Plus
Sistem pemupukan
menggunakan teknologi MiG-6 Plus , dapat mengurangi kebutuhan pupuk
kimia/anorganik sampai dengan 50%, adapun cara pemupukannya adalah sebagai
berikut : Disarankan saat pengolahan lahan diberikan pupuk kandang pada setiap
lubang yang akan ditanami bibit. Kebutuhan 5ton/ha. 3 hari sebelum tanam
diberikan 2 liter MiG-6 Plus per hektar dengan campuran setiap 1 liter MiG-6
Plus dicampur/dilarutkan dengan air max 200 liter atau 1 tutup botol (10 ml)
dicampur/dilarutkan dengan air sebanyak 2 liter (jumlah air tidak harus 200
liter boleh kurang asal cukup untuk 1 hektar) disemprotkan pada lahan secara
merata disarankan disemprotkan pada pupuk kandang/kompos agar fungsi dari pupuk
kandang/kompos lebih maksimal. Setelah 3 hari bibit / stek siap ditanam. 5 hari
setelah tanam berikan campuran pupuk NPK dengan dosis Urea : 50 kg, TSP/SP36 :
75 kg dan KCL : 50 kg pada lahan 1 hektar, 1 pohon diberikan campuran sebanyak
ร± 22,5 gram dengan cara ditugalkan pada jarak 15 cm dari tanaman dengan kedalaman
10cm.
Pemberian MiG-6 Plus
selanjutnya pada saat tanaman singkong berumur 2 bulan :2 liter, umur 4 bulan :
2 liter, umur 6 bulan : 2 liter dan 8 bulan : 2 liter. Pemberian pupuk
anorganik selanjutnya pada umur tanaman 60-90 hari berupa campuran pupuk N:P:K
dengan dosis Urea : 85 kg, dan KCL : 85 kg. Asumsi bila 1 hektar lahan ditanam
7.500 pohon berarti 1 pohon diberikan sebanyak ± 22,5 gram dengan cara
ditugalkan pada jarak 15 cm dari tanaman dengan kedalaman 10cm.
H. PENGAIRAN DAN PENYIRAMAN
Kondisi
lahan katela pohon dari awal tanam sampai umur ± 4-5 bulan hendaknya selalu
dalam keadaan lembab tapi tidak terlalu becek. Pada tanah yang kering perlu
dilakukan penyiraman dan pengairan dari sumber air yang terdekat. Pengairan
dilakukan pada saat musim kering dengan cara menyiram langsung akan tetapi cara
ini dapat merusak tanah. System yang baik digunakan adalah system genangan
sehingga air dapat sampai kedaerah perakaran secara resapan. Pengairan dengan
system genangan dapat dilakukan dua minggu sekali dan untuk seterusnya diberikan
berdasarkan kebutuhan.
I.
PENGENDALIAN HAMA DAN
PENYAKIT
1.
Hama
a.
Uret (Xylenthropus)
Ciri: berada
dalam akar dari tanaman. Gejala: tanaman mati pada yg usia muda, karena akar
batang dan umbi dirusak. Pengendalian: bersihkan sisa-sisa bahan organik pada
saat tanam dan atau mencampur sevin pada saat pengolahan lahan.
b.
Tungau merah (Tetranychus bimaculatus)
Ciri: menyerang
pada permukaan bawah daun dengan menghisap cairan daun tersebut. Gejala: daun
akan menjadi kering. Pengendalian: menanam varietas toleran dan menyemprotkan
air yang banyak.
2.
Penyakit
a.
Bercak daun bakteri
Penyebab:
Xanthomonas manihotis atau Cassava Bacterial Blight/CBG . Gejala: bercak-bercak
bersudut pada daun lalu bergerak dan mengakibatkan pada daun kering dan
akhirnya mati. Pengendalian: menanam varietas yang tahan, memotong atau
memusnahkan bagian tanaman yang sakit, melakukan pergiliran tanaman dan
sanitasi kebun.
b.
Layu bakteri (Pseudomonas solanacearum E.F. Smith)
Ciri: hidup di
daun, akar dan batang. Gejala: daun yang mendadak jadi layu seperti tersiram
air panas. Akar, batang dan umbi langsung membusuk. Pengendalian: melakukan
pergiliran tanaman, menanam varietas yang tahan seperti Adira 1, Adira 2 dan
Muara, melakukan pencabutan dan pemusnahan tanaman yang sakit berat.
c.
Bercak daun coklat (Cercospora heningsii)
Penyebab:
cendawan yang hidup di dalam daun. Gejala: daun bercak-bercak coklat,
mengering, lubang-lubang bulat kecil dan jaringan daun mati. Pengendalian:
melakukan pelebaran jarak tanam, penanaman varietas yang tahan, pemangkasan
pada daun yang sakit serta melakukan sanitasi kebun.
d.
Bercak daun konsentris (Phoma phyllostica)
Penyebab:
cendawan yang hidup pada daun. Gejala: adanya bercak kecil dan titik-titik,
terutama pada daun muda. Pengendalian: memperlebar jarak tanam, mengadakan
sanitasi kebun dan memangkas bagian tanaman yang sakit.
J.
PANEN
1.
Ciri dan Umur Panen
Panen singkong dapat di
lakukan setelah tanaman berusia sekitar 9 hingga 10 bulan tergantung
kegunaanya. Untuk konsumsi sendiri sebaiknya di panen antara 8-9 bulan. Tetapi
jika untuk keperluan industri terutama jika ingin di ambil tepung/patinya
sebaiknya di panen setelah mencapai usia 10 bulan.
2.
Cara Panen
Cara pemanenan
dilakukan dengan membuat atau memangkas batang ubi kayu terlebih dahulu dengan
tetap meninggalkan batang sekitar 15 cm untuk mempermudah pencabutan. Batang
dicabut dengan tangan atau alat pengungkit dari batang kayu atau linggis.
Hindari pemakaian cangkul, karena permukaannya yang lebar terkadang dapat
menyebabkan buah umbi singkong terluka.
K. PASCA
PANEN
1. Pengumpulan
Hasil
panen dikumpulkan di lokasi yang cukup strategis, aman dan mudah dijangkau oleh
angkutan.
2. Penyortiran dan Penggolongan
Pemilihan
atau penyortiran umbi ketela pohon sebenarnya dapat dilakukan pada saat
pencabutan berlangsung. Akan tetapi penyortiran umbi ketela pohon dapat
dilakukan setelah semua pohon dicabut dan ditampung dalam suatu tempat.
Penyortiran dilakukan untuk memilih umbi yang berwarna bersih terlihat dari
kulit umbi yang segar serta yang cacat terutama terlihat dari ukuran besarnya
umbi serta bercak hitam/garis-garis pada daging umbi.
3. Penyimpanan
Daya simpan singkong
sangat rendah, yaitu hanya bisa mencapai 3 hari jika umbi dalam keadaan utuh.
Tapi jika umbi sudah terpotong atau tergores maka daya simpannya tidak akan
lebih dari 1 hari sebelum terjadi perombakan kalori dan mengandung kadar HCN
yang tinggi. Kadar HCN yang tinggi dapat diketahui dari warna umbi singkong
yang berubah menjadi kebiruan. Kadar HCN yang tinggi akan mempengaruhi kualitas
tepung/pati serta rasa singkong itu sendiri.
Cara
penyimpanan hasil panen umbi ketela pohon dilakukan dengan cara sebagai
berikut:
a. Buat
lubang di dalam tanah untuk tempat penyimpanan umbi segar ketela pohon
tersebut. Ukuran lubang disesuaikan dengan jumlah umbi yang akan disimpan.
b. Alasi
dasar lubang dengan jerami atau daun-daun, misalnya dengan daun nangka atau
daun ketela pohon itu sendiri.
c. Masukkan
umbi ketela pohon secara tersusun dan teratur secara berlapis kemudian
masing-masing lapisan tutup dengan daun-daunan segar tersebut di atas atau
jerami.
d. Terakhir
timbun lubang berisi umbi ketela pohon tersebut sampai lubang permukaan
tertutup berbentuk cembung, dan sistem penyimpanan seperti ini cukup awet dan
membuat umbi tetap segar seperti aslinya.
4. Pengemasan dan Pengangkutan
Pengemasan
umbi ketela pohon bertujuan untuk melindungi umbi dari kerusakan selama dalam
pengangkutan. Untuk pasaran antar kota/ dalam negeri dikemas dan dimasukkan
dalam karung-karung goni atau keranjang terbuat dari bambu agar tetap segar.
Khusus untuk pemasaran antar pulau maupun diekspor, biasanya umbi ketela pohon
ini dikemas dalam bentuk gaplek atau dijadikan tepung tapioka. Kemasan
selanjutnya dapat disimpan dalam karton ataupun plastik-plastik dalam perbagai
ukuran, sesuai permintaan produsen.
Setelah
dikemas umbi ketela pohon dalam bentuk segar maupun dalam bentuk gaplek ataupun
tapioka diangkut dengan alat trasportasi baik tradisional maupun modern ke
pihak konsumen, baik dalam maupun luar negeri.
L. GAMBARAN
PELUANG AGRIBISNIS
Di pasar Indonesia, produksi Ketela pohon rata-rata mencapai 8,24
ton/ha (data tahun 1969-1978). Tahun 1983-1991 rata-rata mencapai 11,43 ton/ha.
Peningkatan produksi umbi ketela pohon kurun waktu 1988-1992 terjadi
karena adanya peningkatan rata-rata hasil per hektar. Walaupun demikian,
rata-rata produktivitas usaha tani ketela pohon ditingkat petani (3 ton/ha)
masih lebih rendah dibandingkan dengan potensi hasilnya (6-10 ton/ha). Luas
panen komoditas ketela pohon yang cenderung terus menurun selama kurun waktu
tersebut ternyata tidak berpengaruh terhadap produksi total. Sementara itu,
sekitar 58% dari total luas panen per tahun masih tersebar di Pulau Jawa.
Dari segi ekspor, selama periode 1990-1994 ekspor ketela pohon
Indonesia mengalami peningkatan yang cukup besar. Bila pada tahun 1990, ekspor
ketela pohon adalah sebanyak 100 ton, maka pada tahun 1994 jumlah tersebut
sudah menjadi 500 ton. Permintaan ketela pohon dalam bentuk tapioka maupun
gaplek pada tahun-tahun yang akan datang diperkirakan akan terus meningkat. Hal
ini merupakan peluang besar bagi Indonesia untuk usaha agribisnis ketela pohon.
M. ANALISIS
EKONOMI BUDIDAYA TANAMAN
1.
Analisis Usaha
Budidaya
Perkiraan analisis budidaya
singkong seluas 1 hektar pola monokultur dalam satu musim tanam (8 bulan),
dengan jarak tanam 100 X 100 cm (populasi + 9.998 tanaman) untuk daerah Sulawesi
Tengah pada tahun 2004 adalah:
a. Jumlah biaya produksi
Rp. 3.652.500,-
b. Biaya produksi
1) Sewa
lahan per musim (lahan kering) Rp.500.000,-
2) Bibit
+ 11.000 stek @ Rp 30,- Rp.330.000,-
3) Pupuk
a) Urea:
200 kg @ Rp 1.000,- Rp.200.000,-
b) TSP:
100 kg @ Rp 1.800,- Rp.180.000,-
c) KCl:
200 kg @ Rp 1.650,- Rp.330.000,-
4) Pestisida:
2 kg (liter) @ Rp.50.000,- Rp.100.000,-
5) Pajak
dan peralatanRp. Rp. 300.000,-
6) Tenaga
kerja
a) Pengolahan
lahan 70 HKP @ Rp.10.000,- Rp.
700.000,
b) Penanaman
5 HKP + 10 HKW Rp. Rp125.000,
c) Pemupukan
10 HKP +25 HKW Rp. Rp287.500,
d) Penyiangan
10 HKP + 10 HKW Rp. Rp.175.000,-
e) Pembubunan
10 HKP + 10 HKWRp. Rp.
175.000,-
7) Panen
dan pasca panenRp. 250.000,-
2. Pendapatan
30.000 kg @ Rp 125,- Rp.
4.500.000,-
3. Keuntungan Rp.
847.500,-
4. Parameter
kelayakan usaha 1. Rasio Out/Input =1,232
Catatan : HKP (Hari Kerja Pria); HKW (Hari
Kerja Wanita)
Sumber :
1. http://peuyeumcipatat.blogspot.com/2013/05/tips-cara-menanam-singkong-yang-benar.html#.UkrgkX_i73U
3. http://informasiduniaherbal.blogspot.com/2013/05/cara-menanam-singkong.html
Demikian informasi mengenai cara menanam
singkong dengan mudah, semoga anda bisa mencoba di kebunnya.
Penulis
Arifson Yondang
Nirem: 05. 1. 4. 12.
0370

Tidak ada komentar:
Posting Komentar