SELAMAT DATANG

WELCOME TO BLOG ARIFSON YONDANG

Jumat, 11 Oktober 2013

BUDI DAYA TAMANAN SINGKONG



BUDI DAYA TAMANAN SINGKONG
Oleh : Arifson Yondang

A. Latar Belakang
Singkong atau cassava (Manihot esculenta) pertama kali dikenal di Amerika Selatan yang dikembangkan di Brasil dan Paraguay pada masa prasejarah. Potensi singkong menjadikannya sebagai bahan makanan pokok penduduk asli Amerika Selatan bagian utara, selatan Mesoamerika, dan Karibia sebelum Columbus datang ke Benua Amerika. Ketika bangsa Spanyol menaklukan daerah-daerah itu, budidaya tanaman singkong pun dilanjutkan oleh colonial Portugis dan Spanyol. Di Indonesia, singkong dari Brasil diperkenalkan oleh orang Portugis pada abad ke-16. Selanjutnya singkong ditanam secara komersial di wilayah Indonesia sekitar tahun 1810.
Singkong sudah begitu banyak menyelamatkan para pendahulu kita yang waktu itu begitu kesusahan akan makanan meskipun saat ini mungkin masih ada juga. Pada beberapa tempat tanaman ini dapat diolah dan akhirnya menjadi makanan pokok dalam kesehariannya. Sebut saja makanan yang bernama tiwul.
Singkong alias ketela pohon mungkin sampai saat ini masih identik dengan image kemiskinan. Karena umumnya singkong menjadi tanaman andalan di daerah yang tandus dan kurang air dan menjadi makanan pokok didaerah tandus tersebut.   Namun kini singkong telah menjadi tanaman yang cukup menguntungkan dengan adanya pemuliaan tanaman singkong oleh para ahli pertanian di Indonesia. 



B. SYARAT PERTUMBUHAN
1.      Iklim
1.      Untuk dapat berproduksi optimal, ubikayu memerlukan curah hujan 150- 200 mm pada umur 1-3 bulan, 250-300 mm pada umur 4-7 bulan, dan 100- 150 mm pada fase menjelang dan saat panen (Wargiono, dkk., 2006).
2.      Suhu udara minimal bagi tumbuhnya ketela pohon/singkong sekitar 10 derajat C. Bila suhunya dibawah 10 derajat C menyebabkan pertumbuhan tanaman sedikit terhambat, menjadi kerdil karena pertumbuhan bunga yang kurang sempurna.
3.      Kelembaban udara optimal untuk tanaman ketela pohon/singkong antara 60 รข€“ 65%.
4.      Sinar matahari yang dibutuhkan bagi tanaman ketela pohon / singkong sekitar 10 jam / hari terutama untuk kesuburan daun dan perkembangan umbinya.

2.      Media Tanam
a.       Tanah yang paling sesuai untuk ketela pohon / singkong adalah tanah yang berstruktur remah, gembur, tidak terlalu liat dan tidak terlalu poros serta kaya bahan organik. Tanah dengan struktur remah mempunyai tata udara yang baik, unsur hara lebih mudah tersedia dan mudah diolah.
b.      Jenis tanah yang sesuai untuk tanaman ketela pohon / singkong adalah jenis aluvial latosol, podsolik merah kuning, mediteran, grumosol dan andosol.
c.       Derajat keasaman (pH) tanah yang sesuai untuk budidaya ketela pohon berkisar antara 4,5 – 8,0 dengan pH ideal 5,8. pada umumnya tanah di Indonesia ber pH rendah (asam), yaitu berkisar 4,0- 5,5, sehingga seringkali dikatakan cukup netral bagi suburnya tanaman ketela pohon.

C. PEDOMAN BUDIDAYA
1.      Bibit
1.      Gunakan varietas unggul yang mempunyai potensi hasil tinggi, disukaikonsumen, dan sesuai untuk daerah penanaman. Sebaiknya varietas unggul yang dibudidayakan memiliki sifat toleran kekeringan, toleran lahan pH rendah dan/atau tinggi, toleran keracunan Al, dan efektif memanfaatkan hara P yang terikat oleh Al dan Ca.
2.      Ketela pohon berasal dari tanaman induk yang cukup tua (10-12 bulan).
3.      Ketela pohon harus dengan pertumbuhannya yang normal dan sehat serta seragam.
4.      Batang telah berkayu dan berdiameter ± 2,5 cm lurus.
5.      Belum tumbuh tunas-tunas baru.

2.      Merawat Tunas
Setelah beberapa waktu, akan mulai tumbuh tunas dari bibit yang Anda tanam. Anda harus menyingkirkan semua rumput yang tumbuh selama tunas muncul agar tanaman Anda tidak kekurangan unsur hara yang merupakan makanannya karena diambil oleh rumput yang tumbuh di sekitarnya.

D. PENGOLAHAN MEDIA TANAM
Untuk menanam ubi kayu ini tidak begitu sulit. Untuk daerah yang mempunyai curah hujan cukup tinggi ataupun terlalu banyak air, penanaman dilakukan dalam sebuah guludan atau bedeng. Selain itu, dengan menggunakan guludan memudahkan kita dalam pemanenan.
Untuk daerah yang mempunyai curah hujan sedikit atau kering, penanaman tidak perlu dilakukan dengan membuat guludan. Penanaman dapat dilakukan pada tanah yang rata. Tanah di cangkul dan di remahkan kemudian diratakan dan pengguludan dapat dilakukan setelah tanaman berumur 2-3 bulan setelah tanam. Pada saat perataan dapat pula disebarkan pupuk kandang atau kompos untuk penambahan unsure hara.
1.      Persiapan
Kegiatan yang perlu dilakukan sebelum pengolahan lahan adalah:
1.      Pengukuran PH tanah dilakukan dengan menggunakan kertas lakmus, pH meter dan atau cairan pH tester.
2.      Penganalisaan jenis tanah pada contoh atau sempel tanah yang akan ditanami untuk mengetahui ketersediaan unsur hara, kandungan bahan organik.
3.      Penetapan jadwal / waktu tanam berkaitan erat dengan saat panen. Hal ini perlu diperhitungkan dengan asumsi waktu tanam bersamaan dengan tanaman lainnya (tumpang sari), sehingga sekaligus dapat memproduksi beberapa variasi tanaman sejenis.
4.      Luas areal penanaman disesuaikan dengan modal dan kebutuhan setiap petani ketela pohon. Pengaturan volume produksi penting juga diperhitungkan karena berkaitan erat dengan perkiraan harga saat panen dan pasar.

2.      Pembukaan Dan Pembersihan Lahan
a.       Pembukaan lahan pada intinya adalah merupakan pembersihan lahan dari segala gulma (Tumbuhan pengganggu) dan akar tanaman sebelumnya.
b.      Tujuan pembersihan lahan untuk memudahkan perakaran tanaman berkembang dan menghilangkan tumbuhan inang bagi hama dan penyakit yang memungkinkan ada.
3.      Pembentukan Bedengan (Guludan).
a.       Bedengan dibuat pada saat lahan sudah 70% dari tahan penyelesaian. Bedengan atau pelarikan dilakukan untuk memudahkan penanaman sesuai dengan ukuran yang dikehendaki.
b.      Pembentukan bedengan untuk memudahkan pemeliharaan tanaman, seperti pembersihan tanaman liar maupun sehatnya pertumbuhan tanaman itu sendiri.
4.      Pengapuran (bila diperlukan)
a.       Untuk menaikkan pH tanah, terutama pada lahan yang bersifat sangat asam/tanah gambut, perlu dilakukan pengapuran.
b.      Jenis kapur yang digunakan adalah Kalsit/Kaptan (CaCO3).
c.       Dosis yang biasa digunakan adalah 1 รข€“ 2,5 ton / hektar. Pengapuran diberikan pada waktu pembajakan atau pada saat pembentukan Bedengan kasar bersamaan dengan pemberian pupuk kandang.
5.      Persiapan Bibit
a.       Ubi kayu paling mudah untuk diperbanyak. Cara yang lazim digunakan adalah perbanyakan dengan cara setek batang dari batang panenan sebelumnya. Setek yang baik diambil dari batang bagian tengah tanaman agar matanya tidak terlalu tua maupun tidak terlalu tua.
b.      Batang yang baik berdiameter 2-3 cm. Pemotongan batang stek dapat dilakukan dengan menggunakan pisau atau sabit yang tajam dan steril.
c.       Jangan memakai gergaji untuk memotongnya karena gesekan gergaji akan menimbulkan panas yang akan merusak bagian pangkal dari batang. Potongan batang untuk setek yang baik adala 3-4 ruas mata atau 15-20 cm.
d.      Bagian bawah dari batang stek dipotong miring dengan maksud untuk menambah dan memperluas daerah perakaran.

E. TEKNIK PENANAMAN
Waktu penanaman singkong yang baik dilakukan pada awal musim kering atau kemarau singkong dapat di penen awal musim hujan. Teknik cara menanamnya juga harus di perhatikan, yaitu bahwa saat akan menanamkan batang singkong terlebih dahulu lihat mata tunasnya. Arah mata tunas harus selalu mengarah keatas. Jangan sampai terbalik.
1.      Penentuan Pola Tanam harus memperhatikan musim dan curah hujan. Pada lahan tegalan/kering, waktu tanam yang paling baik adalah awal musim hujan atau setelah penanaman padi. Jarak tanam yang digunakan pada pola monokulturan adalah 80 x 120 cm.
2.      Cara Penanaman Sebelum bibit ditanam disarankan agar bibit direndam terlebih dahulu dengan pupuk hayati SOT HCS yang telah dicampur dengan air selama 3-4 jam. Setelah itu baru dilakukan penanaman di lahan, hal ini sangat bagus untuk pertumbuhan dari bibit.
3.      Cara penanaman dilakukan dengan meruncingkan ujung bawah stek Ketela Pohon, kemudian tanamlah sedalam 5 – 10 cm atau kurang lebih 1/3 bagian stek tertimbun tanah. Bila tanahnya keras/berat dan berair/lembab, stek ditanam saja.

F.   PEMELIHARAAN TANAMAN
1.      Penyulaman
Untuk bibit yang mati/abnormal segera lakukan penyulaman yakni dengan cara mencabut dan diganti atau disulam. Penyulaman dilakukan pada pagi atau sore hari, saat cuaca tidak terlalu panas.

2.      Penyiangan
Penyiangan bertujuan untuk membuang semua jenis rumput/tanaman liar/tanaman pengganggu yang hidup disekitar tanaman. Dalam satu musim, minimal dilakuakan penyiangan 2 kali.
Periode kritis atau periode tanaman harus bebas dari tanaman pengganggu adalah antara 5 – 10 minggu HST (Hari Setelah Tanam). Bila tanaman peengganggu tidak terkendali selama periode kritis tersebut, produktivitas dapat turun sampai 75% jika dibandingkan dengan kondisi tanpa gangguan tanaman liar/pengganggu.

3.      Pembubunan
Cara pembubunan dilakukan dengan menggemburkan tanah disekitar tanaman dan setelahnya dibuat seperti gundukan.
Waktu pembubunan bersamaan dengan penyiangan, hal ini dapat menghemat biaya. Apabila  tanah disekitar pohon terkikis karena hujan atau karena yang lain, maka perlu dilakukan penimbunan ulang.

4.      Perempelan/Pemangkasan
Perempelan/Pemangkasan tunas perlu dilakukan kerana minimal setiap pohon harus mempunyai 2 atau 3 cabang, hal ini agar batang pohon tersebut bisa digunakan sebagai bibit lagi dimusim tanam mendatang.

G. PEMUPUKAN
Tanaman singkong sebenarnya tidak harus di pupuk. Besar kecilnya buah tergantung pada kegemburan tanah. Meski begitu jika anda ingin mendapatkan hasil panen yang berbobot, sebaiknya lakukan pemupukan. Ada dua cara pemupukan yaitu :
1.      Pemupukan secara konvensional
Pemupukan Secara Konvensional / Kebiasaan Petani Pemupukan dilakukan dengan system pemupukan berimbang antara N, P, K dengan dosis Urea : 135 kg, TSP/SP36 : 75 kg dan KCL : 135 kg. pupuk tersebut diberikan pada saat tanam dengan dosis N:P:K = 1/3 : 1: 1/3 atau Urea : 50 kg, TSP/SP36 : 75 kg dan KCL : 50 kg (sebagai pupuk dasar) dan pada saat tanaman berumur 2-3 bulan yaitu sisanya dengan dosis N:P:K = 2/3:0:2/3 atau Urea : 85 kg dan KCL : 85 kg.

2.      Pemupukan dengan Sistem Teknologi MiG-6 Plus
Sistem pemupukan menggunakan teknologi MiG-6 Plus , dapat mengurangi kebutuhan pupuk kimia/anorganik sampai dengan 50%, adapun cara pemupukannya adalah sebagai berikut : Disarankan saat pengolahan lahan diberikan pupuk kandang pada setiap lubang yang akan ditanami bibit. Kebutuhan 5ton/ha. 3 hari sebelum tanam diberikan 2 liter MiG-6 Plus per hektar dengan campuran setiap 1 liter MiG-6 Plus dicampur/dilarutkan dengan air max 200 liter atau 1 tutup botol (10 ml) dicampur/dilarutkan dengan air sebanyak 2 liter (jumlah air tidak harus 200 liter boleh kurang asal cukup untuk 1 hektar) disemprotkan pada lahan secara merata disarankan disemprotkan pada pupuk kandang/kompos agar fungsi dari pupuk kandang/kompos lebih maksimal. Setelah 3 hari bibit / stek siap ditanam. 5 hari setelah tanam berikan campuran pupuk NPK dengan dosis Urea : 50 kg, TSP/SP36 : 75 kg dan KCL : 50 kg pada lahan 1 hektar, 1 pohon diberikan campuran sebanyak ร‚± 22,5 gram dengan cara ditugalkan pada jarak 15 cm dari tanaman dengan kedalaman 10cm.
Pemberian MiG-6 Plus selanjutnya pada saat tanaman singkong berumur 2 bulan :2 liter, umur 4 bulan : 2 liter, umur 6 bulan : 2 liter dan 8 bulan : 2 liter. Pemberian pupuk anorganik selanjutnya pada umur tanaman 60-90 hari berupa campuran pupuk N:P:K dengan dosis Urea : 85 kg, dan KCL : 85 kg. Asumsi bila 1 hektar lahan ditanam 7.500 pohon berarti 1 pohon diberikan sebanyak ± 22,5 gram dengan cara ditugalkan pada jarak 15 cm dari tanaman dengan kedalaman 10cm.

H. PENGAIRAN DAN PENYIRAMAN
Kondisi lahan katela pohon dari awal tanam sampai umur ± 4-5 bulan hendaknya selalu dalam keadaan lembab tapi tidak terlalu becek. Pada tanah yang kering perlu dilakukan penyiraman dan pengairan dari sumber air yang terdekat. Pengairan dilakukan pada saat musim kering dengan cara menyiram langsung akan tetapi cara ini dapat merusak tanah. System yang baik digunakan adalah system genangan sehingga air dapat sampai kedaerah perakaran secara resapan. Pengairan dengan system genangan dapat dilakukan dua minggu sekali dan untuk seterusnya diberikan berdasarkan kebutuhan.

I.     PENGENDALIAN HAMA DAN PENYAKIT
1.      Hama
a.       Uret (Xylenthropus)
Ciri: berada dalam akar dari tanaman. Gejala: tanaman mati pada yg usia muda, karena akar batang dan umbi dirusak. Pengendalian: bersihkan sisa-sisa bahan organik pada saat tanam dan atau mencampur sevin pada saat pengolahan lahan.
b.      Tungau merah (Tetranychus bimaculatus)
Ciri: menyerang pada permukaan bawah daun dengan menghisap cairan daun tersebut. Gejala: daun akan menjadi kering. Pengendalian: menanam varietas toleran dan menyemprotkan air yang banyak.
2.      Penyakit
a.       Bercak daun bakteri
Penyebab: Xanthomonas manihotis atau Cassava Bacterial Blight/CBG . Gejala: bercak-bercak bersudut pada daun lalu bergerak dan mengakibatkan pada daun kering dan akhirnya mati. Pengendalian: menanam varietas yang tahan, memotong atau memusnahkan bagian tanaman yang sakit, melakukan pergiliran tanaman dan sanitasi kebun.

b.      Layu bakteri (Pseudomonas solanacearum E.F. Smith)
Ciri: hidup di daun, akar dan batang. Gejala: daun yang mendadak jadi layu seperti tersiram air panas. Akar, batang dan umbi langsung membusuk. Pengendalian: melakukan pergiliran tanaman, menanam varietas yang tahan seperti Adira 1, Adira 2 dan Muara, melakukan pencabutan dan pemusnahan tanaman yang sakit berat.

c.       Bercak daun coklat (Cercospora heningsii)
Penyebab: cendawan yang hidup di dalam daun. Gejala: daun bercak-bercak coklat, mengering, lubang-lubang bulat kecil dan jaringan daun mati. Pengendalian: melakukan pelebaran jarak tanam, penanaman varietas yang tahan, pemangkasan pada daun yang sakit serta melakukan sanitasi kebun.

d.      Bercak daun konsentris (Phoma phyllostica)
Penyebab: cendawan yang hidup pada daun. Gejala: adanya bercak kecil dan titik-titik, terutama pada daun muda. Pengendalian: memperlebar jarak tanam, mengadakan sanitasi kebun dan memangkas bagian tanaman yang sakit.

J.   PANEN
1.      Ciri dan Umur Panen
Panen singkong dapat di lakukan setelah tanaman berusia sekitar 9 hingga 10 bulan tergantung kegunaanya. Untuk konsumsi sendiri sebaiknya di panen antara 8-9 bulan. Tetapi jika untuk keperluan industri terutama jika ingin di ambil tepung/patinya sebaiknya di panen setelah mencapai usia 10 bulan.


2.      Cara Panen
Cara pemanenan dilakukan dengan membuat atau memangkas batang ubi kayu terlebih dahulu dengan tetap meninggalkan batang sekitar 15 cm untuk mempermudah pencabutan. Batang dicabut dengan tangan atau alat pengungkit dari batang kayu atau linggis. Hindari pemakaian cangkul, karena permukaannya yang lebar terkadang dapat menyebabkan buah umbi singkong terluka.

K.  PASCA PANEN
1.      Pengumpulan
Hasil panen dikumpulkan di lokasi yang cukup strategis, aman dan mudah dijangkau oleh angkutan.

2.      Penyortiran dan Penggolongan
Pemilihan atau penyortiran umbi ketela pohon sebenarnya dapat dilakukan pada saat pencabutan berlangsung. Akan tetapi penyortiran umbi ketela pohon dapat dilakukan setelah semua pohon dicabut dan ditampung dalam suatu tempat. Penyortiran dilakukan untuk memilih umbi yang berwarna bersih terlihat dari kulit umbi yang segar serta yang cacat terutama terlihat dari ukuran besarnya umbi serta bercak hitam/garis-garis pada daging umbi.

3.      Penyimpanan
Daya simpan singkong sangat rendah, yaitu hanya bisa mencapai 3 hari jika umbi dalam keadaan utuh. Tapi jika umbi sudah terpotong atau tergores maka daya simpannya tidak akan lebih dari 1 hari sebelum terjadi perombakan kalori dan mengandung kadar HCN yang tinggi. Kadar HCN yang tinggi dapat diketahui dari warna umbi singkong yang berubah menjadi kebiruan. Kadar HCN yang tinggi akan mempengaruhi kualitas tepung/pati serta rasa singkong itu sendiri.
Cara penyimpanan hasil panen umbi ketela pohon dilakukan dengan cara sebagai berikut:
a.       Buat lubang di dalam tanah untuk tempat penyimpanan umbi segar ketela pohon tersebut. Ukuran lubang disesuaikan dengan jumlah umbi yang akan disimpan.
b.      Alasi dasar lubang dengan jerami atau daun-daun, misalnya dengan daun nangka atau daun ketela pohon itu sendiri.
c.       Masukkan umbi ketela pohon secara tersusun dan teratur secara berlapis kemudian masing-masing lapisan tutup dengan daun-daunan segar tersebut di atas atau jerami.
d.      Terakhir timbun lubang berisi umbi ketela pohon tersebut sampai lubang permukaan tertutup berbentuk cembung, dan sistem penyimpanan seperti ini cukup awet dan membuat umbi tetap segar seperti aslinya.

4.      Pengemasan dan Pengangkutan
Pengemasan umbi ketela pohon bertujuan untuk melindungi umbi dari kerusakan selama dalam pengangkutan. Untuk pasaran antar kota/ dalam negeri dikemas dan dimasukkan dalam karung-karung goni atau keranjang terbuat dari bambu agar tetap segar. Khusus untuk pemasaran antar pulau maupun diekspor, biasanya umbi ketela pohon ini dikemas dalam bentuk gaplek atau dijadikan tepung tapioka. Kemasan selanjutnya dapat disimpan dalam karton ataupun plastik-plastik dalam perbagai ukuran, sesuai permintaan produsen.
Setelah dikemas umbi ketela pohon dalam bentuk segar maupun dalam bentuk gaplek ataupun tapioka diangkut dengan alat trasportasi baik tradisional maupun modern ke pihak konsumen, baik dalam maupun luar negeri.

L.   GAMBARAN PELUANG AGRIBISNIS
Di pasar Indonesia, produksi Ketela pohon rata-rata mencapai 8,24 ton/ha (data tahun 1969-1978). Tahun 1983-1991 rata-rata mencapai 11,43 ton/ha.
Peningkatan produksi umbi ketela pohon kurun waktu 1988-1992 terjadi karena adanya peningkatan rata-rata hasil per hektar. Walaupun demikian, rata-rata produktivitas usaha tani ketela pohon ditingkat petani (3 ton/ha) masih lebih rendah dibandingkan dengan potensi hasilnya (6-10 ton/ha). Luas panen komoditas ketela pohon yang cenderung terus menurun selama kurun waktu tersebut ternyata tidak berpengaruh terhadap produksi total. Sementara itu, sekitar 58% dari total luas panen per tahun masih tersebar di Pulau Jawa.
Dari segi ekspor, selama periode 1990-1994 ekspor ketela pohon Indonesia mengalami peningkatan yang cukup besar. Bila pada tahun 1990, ekspor ketela pohon adalah sebanyak 100 ton, maka pada tahun 1994 jumlah tersebut sudah menjadi 500 ton. Permintaan ketela pohon dalam bentuk tapioka maupun gaplek pada tahun-tahun yang akan datang diperkirakan akan terus meningkat. Hal ini merupakan peluang besar bagi Indonesia untuk usaha agribisnis ketela pohon.

M. ANALISIS EKONOMI BUDIDAYA TANAMAN
1.      Analisis Usaha Budidaya
Perkiraan analisis budidaya singkong seluas 1 hektar pola monokultur dalam satu musim tanam (8 bulan), dengan jarak tanam 100 X 100 cm (populasi + 9.998 tanaman) untuk daerah Sulawesi Tengah pada tahun 2004 adalah:
a.       Jumlah biaya produksi
Rp. 3.652.500,-
b.      Biaya produksi
1)     Sewa lahan per musim (lahan kering)                                        Rp.500.000,-
2)     Bibit + 11.000 stek @ Rp 30,-                                                   Rp.330.000,-
3)     Pupuk
a)      Urea: 200 kg @ Rp 1.000,-                                                     Rp.200.000,-
b)     TSP: 100 kg @ Rp 1.800,-                                                   Rp.180.000,-
c)      KCl: 200 kg @ Rp 1.650,-                                                      Rp.330.000,-
4)     Pestisida: 2 kg (liter) @ Rp.50.000,-                                        Rp.100.000,-
5)     Pajak dan peralatanRp.                                                                   Rp. 300.000,-
6)     Tenaga kerja
a)      Pengolahan lahan 70 HKP @ Rp.10.000,-                   Rp. 700.000,
b)     Penanaman 5 HKP + 10 HKW Rp.                               Rp125.000,
c)      Pemupukan 10 HKP +25 HKW Rp.                             Rp287.500,
d)     Penyiangan 10 HKP + 10 HKW Rp.                            Rp.175.000,-
e)      Pembubunan 10 HKP + 10 HKWRp.                          Rp. 175.000,-
7)     Panen dan pasca panenRp. 250.000,-
2.      Pendapatan 30.000 kg @ Rp 125,-                                                   Rp. 4.500.000,-
3.      Keuntungan                                                                                                    Rp. 847.500,-
4.      Parameter kelayakan usaha    1. Rasio Out/Input                 =1,232


Catatan : HKP (Hari Kerja Pria); HKW (Hari Kerja Wanita)




Sumber :
3.      http://informasiduniaherbal.blogspot.com/2013/05/cara-menanam-singkong.html



Demikian informasi mengenai cara menanam singkong dengan mudah, semoga anda bisa mencoba di kebunnya.


Penulis
Arifson Yondang
Nirem: 05. 1. 4. 12. 0370

Tidak ada komentar:

Posting Komentar