A.
Latar
belakang
Ubi jalar
atau ketelarambat diduga berasal dari Benua Amerika. Para ahli botani dan
pertanian memperkirakan daerah asal tanaman ubi jalar adalah Selandia Baru,
Polinesia, dan Amerika bagian tengah.
Ubi jalar
muulai menyebar keseluruh dunia, terutama negara-negara beriklim tropika,
diperkirakan pada abad ke- 16. Penyebaran ubi jalar pertama kali terjadi ke
spanyol melalui Tahiti, kepulauan Guam, Fiji, dan Selandia Baru.
Pada tahun
1960-amn penanaman ubi jalar sudah meluas hampir di semua provinsi di
Indonesia. Daerah sentra produksi ubi jalar pada mulanya terpusat di Pulau
Jawa, terutama Kabupaten Bogor, Garut, Bandung, Kuningan, Serang, Sukabumi,
Purwakarta dll.
Terdapat
tiga jenis ubi jalar yang populer dibudidayakan di Indonesia, yaitu ubi jalar
berwarna putih kecoklatan, merah dan ungu. Ketiga jenis ubi jalar tersebut
memiliki varietas unggul dengan produktivitas tinggi. Beberapa varietas ubi
jalar yang populer antara lain cilembu, ibaraki, lampeneng, georgia, borobudur,
prambanan, mendut, dan kalasan.
Di
Indonesia, budidaya ubi jalar mencapai produktivitasnya yang paling optimal
bila ditanam di dataran rendah hingga ketinggian 500 meter dari permukaan laut.
Namun, tanaman ini masih bisa tumbuh dengan baik pada ketinggian di atas 1000
meter, hanya saja jangka waktu tanam hingga panen menjadi lebih panjang.
B. TAKSONOMI
Dalam
sistematika ( taksonomi ) tumbuhan, tanaman ubu jalar diklasifikasikan sebagai
berikut :
Kingdom
: Plantae
Divisi
: Spermatophyta
Subdivisi
: Angiospermae
Kelas
: Dicotyledone
Ordo
: Convolvulales
Famili
: Convolvulaceae
Genus
: Ipomea
Spesies
: ipomea batatas L. Sin. Batatas edulis Choisy.
Tanaman ubi
jalar termasuk tumbuhan semusim yang memiliki susunan tubuh utama terdiri dari
batang, ubi, daun, bunga, buah.
C.
MORFOLOGI
1.
Batang
Batang tanaman berbentuk bulat,
tidak berkayu, berbuku-buku, dan tipe pertumbuhan tegak atau merambat. Panjang
batang tanaman merambat antara 2m-3m dan pada tipe tegak antara 1m-2m.ukuran
batang dibedakan menjadi 3 macam yaiti : besar, sedang, dan kecil. Warna batang
biasanya hijau tua sampai keungu-unguan.
2.
Ubi
Bentuk ubi biasanya bulat sampai
lonjong dengan permukaan rata sampai tidak rata. Bentuk ubi yang ideal adalah
lonjong agak panjang dengan berat antara 200g - 250g per ubi. Kulit ubi
biasanya berwarna putih, kuning, ungu kemerah-merahan, struktur kulit ubi
antara tipis sampai dengan tebal dan biasanya bergetah.
3.
Daun
Daun berbentuk bulat sampai lonjong
dengan tepi rata atau berlekuk dangkal sampai berlekuk dalam, sedangkan bagian
ujung daun meruncing. Helaian daun berukuran lebar, menyatu mirip bentuk
jantung, namun ada pula yang bersifat menjari. Daun biasanya berwarna hijau tua
atau hijau kekuning-kuningan.
4.
Bunga
Bunga ubi jalar berbentuk mirip “
terompet “ tersusun dari lima helai daun mahkota, lima helai daun bunga, dan
satu tangkai putik. Mahkota bunga berwarna putih atau putih keungu-unguan.
Bunga ubi jalar mekar pada pagi hari mulai pukul 04.00-11.00.bila terjadi
penyerbukan buatan, bunga akan membentuk buah.
5.
Buah
Buah ubi jalar berbentuk bulat
berkotak tiga, berkulit keras, dan berbiji.
D.
SYARAT
TUMBUH
1.
keadaan iklim
Tanaman ubi jalar dapat beradaptasi
terhadap lingkungan tumbuh karena daerah penyebaran terletak pada 30º Lintang
Utara dan 30º Lintang Selatan. Di Indonesia yang beriklim tropik, tanaman ubi
jalar cocok ditanam di dataran rendah hingga ketinggian 500 m dpl. Daerah yang
paling ideal untuk mengembangkan ubi jalar adalah daerah bersuhu antara 21ºC -
27ºC, yang mendapat sinar matahari 11 – 12 jam/hari, berkelembapan udara ( RH )
50% - 60%, dengan curahy hujan 750 mm – 1.500 mm per tahun.
2.
keadaan tanah
Hampir setiap jenis tanah pertanian
cocok untuk membudidayakan ubi jalar. Jenis tanah yang paling baik adalah pasir
berlempung, gembur, banyak mengandung bahan organik, aerasi serta drainasenya
baik, dan mempunyai derajat keasaman tanah (pH ) 5,5-7,5.
E.
PEDOMAN BUDIDAYA
1.
Pembibitan
Tanaman ubi jalar dapat diperbanyak
secara generatif dengan biji dan secara vegetatif berupa stek batang atau stek
pucuk. Perbanyakan tanaman secara generatif hanya dilakukan pada skala
penelitian untuk menghasilkan varietas baru.
2.
Persyaratan Bibit
Teknik perbanyakan tanaman ubi jalar
yang sering dipraktekan adalah dengan stek batang atau stek pucuk. Bahan
tanaman (bibit) berupa stek pucuk atau stek batang harus memenuhi syarat
sebagai berikut:
a.
Bibit berasal dari varietas atau klon unggul.
b.
Bahan tanaman berumur 2 bulan atau lebih.
c.
Pertumbuhan tanaman yang akan diambil steknya dalam
keadaan sehat, normal, tidak terlalu subur.
d.
Ukuran panjang stek batang atau stek pucuk antara
20-25 cm, ruas-ruasnya rapat dan buku-bukunya tidak berakar.
e.
Mengalami masa penyimpanan di tempat yang teduh selama
1-7 hari.
Bahan tanaman (stek) dapat berasal dari tanaman produksi dan dari
tunas-tunas ubi yang secara khusus disemai atau melalui proses penunasan.
Perbanyakan tanaman dengan stek batang atau stek pucuk secara terus-menerus
mempunyai kecenderungan penurunan hasil pada generasi-generasi berikutnya. Oleh
karena itu, setelah 3-5 generasi perbanyakan harus diperbaharui dengan cara
menanam atau menunaskan umbi untuk bahan perbanyakan.
3.
Penyiapan Bibit
Penyiapan bibit dalam
budidaya ubi jalar bisa dilakukan dengan dua cara, yakni cara generatif dan
vegetatif. Pertama adalah perbanyakan melalui umbi. Caranya pilih umbi
berkualitas baik dan sehat, kemudian dibiarkan di tempat lembab dan teduh
hingga keluar tunasnya.
Tunas yang keluar dari
umbi dipotong dan siap untuk dibesarkan. Cara generatif jarang dilakukan dalam
budidaya ubi jalar skala luas. Cara ini dipakai untuk memperbanyak bibit unggul
dalam skala terbatas. Atau untuk mengembalikan sifat-sifat unggul sang induk.
Cara kedua adalah
perbanyakan vegetatif dengan distek. Calon indukan diambil dari tanaman yang
berumur di atas dua bulan dengan ruas yang pendek-pendek. Caranya, potong
batang tanaman kira-kira sepanjang 15-25 cm. Pada setiap potongan minimal terdapat
dua ruas batang. Papas sebagian daun-daunnya untuk mengurangi penguapan. Ikat
batang yang telah distek tersebut dan biarkan selama satu minggu di tempat yang
teduh. Ikat bahan
tanaman (bibit) rata-rata 100 stek/ikatan, lalu simpan di tempat yang teduh
selama 1-7 hari dengan tidak bertumpuk.
Perbanyakan dengan cara
stek batang secara terus menerus akan menurunkan kualitas tanaman. Oleh karena
itu, perbanyakan dengan stek hanya dianjurkan untuk 3-5 generasi penanaman.
4.
Pengolahan Media Tanam
a.
Persiapan
Penyiapan lahan bagi ubi jalar
sebaiknya dilakukan pada saat tanah tidak terlalu basah atau tidak terlalu
kering agar strukturnya tidak rusak, lengket, atau keras. Penyiapan lahan dapat
dilakukan dengan cara sebagai berikut:
1)
Tanah diolah terlebih dahulu hingga gembur, kemudian
dibiarkan selama ±1 minggu. Tahap berikutnya, tanah dibentuk guludan-guludan.
2)
Tanah langsung diolah bersamaaan dengan pembuatan
guludan-guludan.
b.
Pembentukan Bedengan
Jika tanah yang akan ditanami ubi
jalar adalah tanah sawah maka pertama-tama jerami dibabat, lalu dibuat tumpukan
selebar 60-100 cm. Kalau tanah yang dipergunakan adalah tanah tegalan maka
bedengan dibuat dengan jarak 1 meter. Apabila penanaman dilakukan pada
tanah-tanah yang miring, maka pada musim hujan bedengan sebaiknya dibuat
membujur sesuai dengan miringnya tanah. Ukuran guludan disesuaikan dengan
keadaan tanah. Pada tanah yang ringan (pasir mengandung liat) ukuran guludan
adalah lebar bawah ± 60 cm, tinggi 30-40 cm, dan jarak antar guludan 70-100 cm.
Pada tanah pasir ukuran guludan adalah lebar bawah ±40 cm, tinggi 25-30 cm, dan
jarak antar guludan 70-100 cm. Arah guludan sebaiknya memanjang utara-selatan,
dan ukuran panjang guludan disesuaikan dengan keadaan lahan. Lahan ubi jalar
dapat berupa tanah tegalan atau tanah sawah bekas tanaman padi.
Tata laksana penyiapan lahan untuk penanaman ubi jalar
adalah sebagai berikut :
1)
Penyiapan Lahan Tegalan
a)
Bersihkan lahan dari rumput-rumput liar (gulma)
b)
Olahan tanah dengan cangkul atau bajak hingga gembur
sambil membenamkan rumput-rumput liar
c)
Biarkan tanah kering selama minimal 1 minggu
d)
Buat guludan-guludan dengan ukuran lebar bawah 60 cm,
tinggi 30-40 cm, jarak antar guludan 70-100 cm, dan panjang guludan disesuaikan
dengan keadaan lahan
e)
Rapikan guludan sambil memperbaiki saluran air
diantara guludan.
2)
Penyiapan Lahan Sawah Bekas Tanaman Padi
a)
Babat jerami sebatas permukaan tanah.
b)
Tumpuk jerami secara teratur menjadi tumpukan kecil
memanjang berjarak 1 meter antar tumpukan.
c)
Olah tanah di luar bidang tumpukan jerami dengan cangkul
atau bajak, kemudian tanahnya ditimbunkan pada tumpukan jerami sambil membentuk
guludan-guludan berukuran lebar bawah ± 60 cm, tinggi 35 cm, dan jarak antar
guludan 70-100 cm. Panjang disesuaikan dengan keadaan lahan.
d)
Rapikan guludan sambil memperbaiki saluran air antar
guludan. Pembuatan guludan di atas tumpukan jerami atau sisa-sisa tanaman dapat
menambah bahan organik tanah yang berpengaruh baik terhadap struktur dan
kesuburan tanah sehingga ubi dapat berkembang dengan baik dan permukaan kulit
ubi rata. Kelemahan penggunaan jerami adalah pertumbuhan tanaman ubi jalar pada
bulan pertama sedikit menguning, namun segera sembuh dan tumbuh normal pada
bulan berikutnya. Bila jerami tidak digunakan sebagai tumpukan guludan, tata
laksana penyiapan lahan dilakukan sebagai berikut :
(1)
Babat jerami sebatas permukaan tanah
(2)
Singkirkan jerami ke tempat lain untuk dijadikan bahan
kompos
(3)
Olah tanah dengan cangkul atau bajak hingga gembur
(4)
Biarkan tanah kering selama minimal satu minggu
(5)
Buat guludan-gululdan berukuran lebar bawah ±60 cm,
tinggi 35 cm dan jarak antar guludan 80-100 cm.
(6)
Rapikan guludan sambil memperbaiki saluran air antar
guludan.
Hal yang penting diperhatikan dalam
pembuatan guludan adalah ukuran tinggi tidak melebihi 40 cm. Guludan yang
terlalu tinggi cenderung menyebabkan terbentuknya ubi berukuran panjang dan
dalam sehinggga menyulitkan pada saat panen. Sebaliknya, guludan yang terlalu
dangkal dapat menyebabkan terganggunya pertumbuhan atau perkembangan ubi, dan
memudahkan serangan hama boleng atau lanas oleh Cylas sp.
5.
Teknik Penanaman
a.
Penentuan Pola Tanam
Sistem tanam ubi jalar dapat
dilakukan secara tunggal (monokultur) dan tumpangsari dengan kacang tanah.
1)
Sistem Monokultur
a)
Buat larikan-larikan dangkal arah memanjang di
sepanjang puncak guludan dengan cangkul sedalam 10 cm, atau buat lubang dengan
tugal, jarak antar lubang 25-30 cm.
b)
Buat larikan atau lubang tugal sejauh 7-10 cm di kiri
dan kanan lubang tanam untuk tempat pupuk.
c)
Tanamkan bibit ubi jalar ke dalam lubang atau larikan
hingga angkal batang (setek) terbenam tanah 1/2-2/3 bagian, kemudian padatkan
tanah dekat pangkal setek (bibit).
d)
Masukkan pupuk dasar berupa urea 1/3 bagian ditambah
TSP seluruh bagian ditambah KCl 1/3 bagian dari dosis anjuran ke dalam lubang
atau larikan, kemudian ditutup dengan tanah tipis-tipis. Dosis pupuk yang
dianjurkan adalah 45-90 kg N/ha (100-200 kg Urea/ha) ditambah 25 kg P2O5/ha (50
kg TSP/ha) ditambah 50 kg K2O/ha (100 kg KCl/ha). Pada saat tanam diberikan
pupuk urea 34-67 kg ditambah TSP 50 kg ditambah KCl 34 kg per hektar. Tanaman
ubi jalar amat tanggap terhadap pemberian pupuk N (urea) dan K (KCl).
2)
Sistem Tumpang Sari
Tujuan sistem tumpangsari antara
lain untuk meningkatkan produksi dan pendapatan per satuan luas lahan. Jenis
tanaman yang serasi ditumpangsarikan dengan ubi jalar adalah kacang tanah. Tata
cara penanaman sistem tumpang sari prinsipnya sama dengan sistem monokultur,
hanya di antara barisan tanaman ubi jalar atau di sisi guludan ditanami kacang
tanah. Jarak tanam ubi jalar 100 cm x 25-30 cm, dan jarak tanam kacang tanah 30
x 10 cm.
b.
Cara Penanaman
Bibit yang telah disediakan dibawa
ke kebun dan ditaruh di atas bedengan. Bibit dibenamkan kira-kira 2/3 bagian
kemudian ditimbun dengan tanah kemudian disirami air. Bibit sebaiknya ditanam
mendatar, dan semua pucuk diarahkan ke satu jurusan. Dalam satu alur ditanam
satu batang, bagian batang yang ada daunnya tersembul di atas bedengan. Pada
tiap bedengan ditanam 2 deretan dengan jarak kira-kira 30 cm. Untuk areal
seluas 1 ha dibutuhkan bibit stek kurang lebih 36.000 batang. Penanaman ubi
jalar di lahan kering biasanya dilakukan pada awal musim hujan (Oktober), atau
awal musim kemarau (Maret) bila keadaan cuaca normal. Dilahan sawah, waktu
tanam yang paling tepat adalah segera setelah padi rendengan atau padi gadu,
yakni pada awal musim kemarau.
c.
Pemeliharaan Tanaman
1)
Penjarangan dan Penyulaman
Selama 3 (tiga) minggu setelah
ditanam, penanaman ubi jalar harus harus diamati kontinu, terutama bibit yang
mati atau tumbuh secara abnormal. Bibit yang mati harus segera disulam. Cara
menyulam adalah dengan mencabut bibit yang mati, kemudian diganti dengan bibit
yang baru, dengan menanam sepertiga bagian pangkal setek ditimbun tanah.
Penyulaman sebaiknya dilakukan pada pagi atau sore hari, pada saat sinar
matahari tidak terlalu terik dan suhu udara tidak terlalu panas. Bibit (setek)
untuk penyulaman sebelumnya dipersiapkan atau ditanam ditempat yang teduh.
2)
Penyiangan
Pada sistem tanam tanpa mulsa
jerami, lahan penanaman ubi jalar biasanya mudah ditumbuhi rumput liar (gulma).
Gulma merupakan pesaing tanaman ubi jalar, terutama dalam pemenuhan kebutuhan
akan air, unsur hara, dan sinar matahaari. Oleh karena itu, gulma harus segera
disiangi. Bersama-sama kegiatan penyiangan dilakukan pembumbunan, yaitu
menggemburkan tanah guludan, kemudian ditimbunkan pada guludan tersebut.
3)
Pembubunan
Penyiangan dan pembubunan tanah
biasanya dilakukan pada umur 1 bulan setelah tanam, kemudian diulang saat
tanaman berumur 2 bulan. Tata cara penyiangan dan pembumbunan meliputi
tahap-tahap sebagai berikut:
a)
Bersihkan rumput liar (gulma) dengan kored atau
cangkul secara hati-hati agar tidak merusak akar tanaman ubi jalar.
b)
Gemburkan tanah disekitar guludan dengan cara memotong
lereng guludan, kemudian tanahnya diturunkan ke dalam saluran antar guludan.
c)
Timbunkan kembali tanah ke guludan semula, kemudian
lakukan pengairan hingga tanah cukup basah.
4)
Pemupukan
Zat hara yang terbawa atau terangkut
pada saat panen ubi jalar cukup tinggi, yaitu terdiri dari 70 kg N (± 156 kg
urea), 20 kg P2O5 (±42 kg TSP), dan 110 kg K2O (± 220 kg KCl) per hektar pada
tingkat hasil 15 ton ubi basah. Pemupukan bertujuan menggantikan unsur hara
yang terangkut saat panen, menambah kesuburan tanah, dan menyediakan unsur hara
bagi tanaman. Dosis pupuk yang tepat harus berdasarkan hasil analisis tanah
atau tanaman di daerah setempat. Dosis pupuk yang dianjurkan secara umum adalah
45-90kg N/ha (100-200 kg urea/ha) ditambah 25 kg P2O5/ha (±50 kg TSP/ha)
ditambah 50 kg K2O /ha (±100 kg KCl/ha). Pemupukan dapat dilakukan dengan
sistem larikan (alur) dan sistem tugal. Pemupukan dengan sistem larikan
mula-mula buat larikan (alur) kecil di sepanjang guludan sejauh 7-10 cm dari
batang tanaman, sedalam 5-7 cm, kemudian sebarkan pupuk secara merata ke dalam
larikan sambil ditimbun dengan tanah.
5)
Pengairan dan Penyiraman
Meskipun tanaman ubi jalar tahan
terhadap kekeringan, fase awal pertumbuhan memerlukan ketersediaan air tanah
yang memadai. Seusai tanam, tanah atau guludan tempat pertanaman ubi jalar
harus diairi, selama 15-30 menit hingga tanah cukup basah, kemudian airnya
dialirkan keseluruh pembuangan. Pengairan berikutnya masih diperlukan secara
kontinu hingga tanaman ubi jalar berumur 1-2 bulan. Pada periode pembentukan
dan perkembangan ubi, yaitu umur 2-3 minggu sebelum panen, pengairan dikurangi
atau dihentikan. Waktu pengairan yang paling baik adalah pada pagi atau sore
hari. Di daerah yang sumber airnya memadai, pengairan dapat dilakukan kontinu
seminggu sekali. Hal Yang penting diperhatikan dalam kegiatan pengairan adalah
menghindari agar tanah tidak terlalu becek (air menggenang).
F.
Hama Dan
Penyakit
1.
Hama
a.
Penggerek Batang Ubi Jalar
Stadium hama yang merusak tanaman
ubi jalar adalah larva (ulat). Cirinya adalah membuat lubang kecil memanjang
(korek) pada batang hingga ke bagian ubi. Di dalam lubang tersebut dapat
ditemukan larva (ulat). Gejala: terjadi pembengkakan batang, beberapa bagian
batang mudah patah, daun-daun menjadi layu, dan akhirnya cabang-cabang tanaman
akan mati. Pengendalian: (1) rotasi tanaman untuk memutus daur atau siklus hama;
(2) pengamatan tanaman pada stadium umur muda terhadap gejala serangan hama:
bila serangan hama >5 %, perlu dilakukan pengendalian secara kimiawi; (3)
pemotongan dan pemusnahan bagian tanaman yang terserang berat; (4) penyemprotan
insektisida yang mangkus dan sangkil, seperti Curacron 500 EC atau Matador 25
dengan konsentrasi yang dianjurkan.
b.
Hama Boleng atau Lanas
Serangga dewasa hama ini (Cylas
formicarius Fabr.) berupa kumbang kecil yang bagian sayap dan moncongnya
berwarna biru, namun toraknya berwarna merah. Kumbang betina dewasa hidup pada
permukaan daun sambil meletakkan telur di tempat yang terlindung (ternaungi).
Telur menetas menjadi larva (ulat), selanjutnya ulat akan membuat gerekan
(lubang kecil) pada batang atau ubi yang terdapat di permukaan tanah terbuka.
Gejala: terdapat lubang-lubang kecil bekas gerekan yang tertutup oleh kotoran
berwarna hijau dan berbau menyengat. Hama ini biasanya menyerang tanaman ubi
jalar yang sudah berubi. Bila hama terbawa oleh ubi ke gudang penyimpanan,
sering merusak ubi hingga menurunkan kuantitas dan kualitas produksi secara
nyata. Pengendalian: (1) pergiliran atau rotasi tanaman dengan jenis tanaman
yang tidak sefamili dengan ubi jalar, misalnya padi-ubi jalar-padi; (2)
pembumbunan atau penimbunan guludan untuk menutup ubi yang terbuka; (3)
pengambilan dan pemusnahan ubi yang terserang hama cukup berat; (4)
pengamatan/monitoring hama di pertanaman ubi jalar secara periodik: bila
ditemukan tingkat serangan > 5 %, segera dilakukan tindakan pengendalian
hama secara kimiawi; (5) penyemprotan insektisida yang mangkus dan sangkil,
seperti Decis 2,5 EC atau Monitor 200 LC dengan konsentrasi yang dianjurkan;
(6) penanaman jenis ubi jalar yang berkulit tebal dan bergetah banyak; (7)
pemanenan tidak terlambat untuk mengurangi tingkat kerusakan yang lebih berat.
c.
Tikus (Rattus rattus sp)
Hama tikus biasanya menyerang
tanaman ubi jalar yang berumur cukup tua atau sudah pada stadium membentuk ubi.
Hama Ini menyerang ubi dengan cara mengerat dan memakan daging ubi hingga menjadi
rusak secara tidak beraturan. Bekas gigitan tikus menyebabkan infeksi pada ubi
dan kadang-kadang diikuti dengan gejala pembusukan ubi. Pengendalian: (1)
sistem gerepyokan untuk menangkap tikus dan langsung dibunuh; (2) penyiangan
dilakukan sebaik mungkin agar tidak banyak sarang tikus disekitar ubi jalar;
(3) pemasangan umpan beracun, seperti Ramortal atau Klerat.
2.
Penyakit
a.
Kudis atau Scab
Penyebab: cendawan Elsinoe batatas.
Gejala: adanya benjolan pada tangkai sereta urat daun, dan daun-daun berkerut
seperti kerupuk. Tingkat serangan yang berat menyebabkan daun tidak produktif
dalam melakukan fotosintesis sehingga hasil ubi menurun bahkan tidak
menghasilkan sama sekali. Pengendalian: (1) pergiliran/rotasi tanaman untuk
memutus siklus hidup penyakit; (2) penanaman ubi jalar bervarietas tahan
penyakit kudis, seperti daya dan gedang; (3) kultur teknik budi daya secara
intensif; (4) penggunaan bahan tanaman (bibit) yang sehat.
b.
Layu fusarium
Penyebab: jamur Fusarium oxysporum
f. batatas. Gejala: tanaman tampak lemas, urat daun menguning, layu, dan
akhirnya mati. Cendawan fusarium dapat bertahan selama beberapa tahun dalam
tanah. Penularan penyakit dapat terjadi melalui tanah, udara, air, dan terbawa
oleh bibit. Pengendalian: (1) penggunaan bibit yang sehat (bebas penyakit); (2)
pergiliran /rotasi tanaman yang serasi di suatu daerah dengan tanaman yang
bukan famili; (3) penanaman jenis atau varietas ubi jalar yang tahan terhadap
penyakit Fusarium.
c.
Virus
Beberapa jenis virus yang ditemukan
menyerang tanaman ubi jalar adalah Internal Cork, Chlorotic Leaf Spot, Yellow
Dwarf. Gejala: pertumbuhan batang dan daun tidak normal, ukuran tanaman kecil
dengan tata letak daun bergerombol di bagian puncak, dan warna daun klorosis
atau hijau kekuning-kuningan. Pada tingkat serangan yang berat, tanaman ubi
jalar tidak menghasilkan. Pengendalian: (1) penggunaan bibit yang sehat dan
bebas virus; (2) pergiliran/rotasi tanaman selama beberapa tahun, terutama di
daerah basis (endemis) virus; (3) pembongkaran/eradikasi tanaman untuk dimusnahkan.
d.
Penyakit Lain-lain
Penyakit-penyakit yang lain adalah,
misalnya, bercak daun cercospora oleh jamur Cercospora batatas Zimmermann,
busuk basah akar dan ubi oleh jamur Rhizopus nigricans Ehrenberg, dan klorosis
daun oleh jamur Albugo ipomeae pandurata Schweinitz. Pengendalian: dilakukan
secara terpadu, meliputi perbaikan kultur teknik budi daya, penggunaan bibit
yang sehat, sortasi dan seleksi ubi di gudang, dan penggunaan pestisida
selektif.
G.
PANEN DAN
PASCAPANEN
1.
Panen
a.
Ciri dan Umur Panen
Tanaman ubi jalar dapat dipanen bila
ubi-ubinya sudah tua (matang fisiologis). Ciri fisik ubi jalar matang, antara
lain: bila kandungan tepungnya sudah maksimum, ditandai dengan kadar serat yang
rendah dan bila direbus (dikukus) rasanya enak serta tidak berair. Penentuan
waktu panen ubi jalar didasarkan atas umur tanaman. Jenis atau varietas ubi
jalar berumur pendek (genjah) dipanen pada umur 3-3,5 bulan, sedangkan varietas
berumur panjang (dalam) sewaktu berumur 4,5-5 bulan. Panen ubi jalar yang ideal
dimulai pada umur 3 bulan, dengan penundaan paling lambat sampai umur 4 bulan.
Panen pada umur lebih dari 4 bulan, selain resiko serangan hama boleng cukup
tinggi, juga tidak akan memberikan kenaikan hasil ubi.
b.
Cara Panen
Tata cara panen ubi jalar melalui tahapan sebagai
berikut:
1)
Tentukan pertanaman ubi jalar yang telah siap dipanen.
2)
Potong (pangkas) batang ubi jalar dengan menggunakan
parang atau sabit, kemudian batang-batangnya disingkirkan ke luar petakan
sambil dikumpulkan.
3)
Galilah guludan dengan cangkul hingga terkuak
ubi-ubinya.
4)
Ambil dan kumpulkan ubi jalar di suatu tempat
pengumpulan hasil.
5)
Bersihkan ubi dari tanah atau kotoran dan akar yang
masih menempel.
6)
Lakukan seleksi dan sortasi ubi berdasarkan ukuran
besar dan kecil ubi secara terpisah dan warna kulit ubi yang seragam. Pisahkan
ubi utuh dari ubi terluka ataupun terserang oleh hama atau penyakit.
7)
Masukkan ke dalam wadah atau karung goni, lalu angkut
ke tempat penampungan (pengumpulan) hasil.
c.
Prakiraan Produksi
Tanaman ubi jalar yang tumbuhnya
baik dan tidak mendapat serangan hama penyakit yang berarti (berat) dapat
menghasilkan lebih dari 25 ton ubi basah per hektar. Varietas unggul seperti
borobudur dapat menghasilkan 25 ton, prambanan 28 ton, dan kalasan antara
31,2-47,5 ton per hektar.
2.
Pascapanen
a.
Pengumpulan
Hasil panen dikumpulkan di lokasi
yang cukup strategis, aman dan mudah dijangkau oleh angkutan.
b.
Penyortiran dan Penggolongan
Pemilihan atau penyortiran ubi jalar
sebenarnya dapat dilakukan pada saat pencabutan berlangsung. Akan tetapi
penyortiran ubi jalar dapat dilakukan setelah semua pohon dicabut dan ditampung
dalam suatu tempat. Penyortiran dilakukan untuk memilih umbi yang berwarna
bersih terlihat dari kulit umbi yang segar serta yang cacat terutama terlihat
dari ukuran besarnya umbi serta bercak hitam/garisgaris pada daging umbi.
c.
Penyimpanan
Penanganan pascapanen ubi jalar
biasanya ditujukan untuk mempertahankan daya simpan. Penyimpanan ubi yang
paling baik dilakukan dalam pasir atau abu. Tata cara penyimpanan ubi jalar
dalam pasir atau abu adalah sebagai berikut:
1)
Angin-anginkan ubi yang baru dipanen di tempat yang
berlantai kering selama 2-3 hari.
2)
Siapkan tempat penyimpanan berupa ruangan khusus atau
gudang yang kering, sejuk, dan peredaran udaranya baik.
3)
Tumpukkan ubi di lantai gudang, kemudian timbun dengan
pasir kering atau abu setebal 20-30 cm hingga semua permukaan ubi tertutup.
Cara penyimpanan ini dapat
mempertahankan daya simpan ubi sampai 5 bulan. Ubi jalar yang mengalami proses
penyimpanan dengan baik biasanya akan menghasilkan rasa ubi yang manis dan enak
bila dibandingkan dengan ubi yang baru dipanen.
Hal yang penting dilakukan dalam
penyimpanan ubi jalar adalah melakukan pemilihan ubi yang baik, tidak ada yang
rusak atau terluka, dan tempat (ruang) penyimpanan bersuhu rendah antara 27-30
oC (suhu kamar) dengan kelembapan udara antara 85-90 %.
H.
ANALISA
USAHA TANI
Analisa
usaha tani tanaman ubi jalar pada lahan seluas 1Ha sebagai berikut :
Biaya produksi
1.
Sarana produksi
a.
Bibit 50.000 setek ( 500 kg ) x 2000/kg = Rp 1.000.000,00
b.
Pupuk
1)
Urea 4 sak @ Rp. 90.000 = Rp 360.000,00
2)
TSP 2 sak @ Rp. 125.000 = Rp 250.000,00
3)
KCl 2 sak @ Rp 120.000 =
Rp 240.000,00
c.
Pestisida 2 ltr @ Rp 60.000 = Rp 120.000,00
Jumlah = Rp 1.970.000,00
2.
Tenaga kerja
a.
Pengolahan tanah 10 HKP x 10 hari x 30.000 = Rp 3.000.000,00
b.
Penyiapan bibit 8 HKW x 2 x 24.000 = Rp 384.000,00
c.
Penanaman 10 HKP x 7 x 30.000 = Rp 2.100.000,00
5 HKW x 7 x
24.000 =
Rp 840.000,00
d.
Penyiangan 3 HKP x 4 hari x 30.000 = Rp 360.000,00
e.
Pemupukan 2 HKP x 2 hari x 30.000 = Rp 120.000,00
f.
Pengendalian hama 3 HKP x 4 hari x 30.000 = Rp 360.000,00
g.
Panen dan pascapanen 10 HKP x 5hari x 30.000 = Rp 1.500.000,00
4 HKW x 5hari x
24.000 = Rp 480.000,00
Jumlah =
Rp 9.144.000,00
3.
PBB =
Rp 20.000,00
4.
Penyusutan alat-alat =
Rp 120.000,00
Jumlah = Rp 140.000,00
5.
Total Biaya = Rp.11.254.000,00
Produksi dan Pendapatan
1.
Produksi 5000kg
x Rp 5000/kg
= Rp 25.000.000,00
2.
Total Revenju =
Rp 25.000.000-Rp 11.254.000
= Rp 13.746.00,00
3.
B/C ratio Rp
13.746.000 : Rp 11.254.000
= Rp 1,22
Tidak ada komentar:
Posting Komentar